BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut sumber dari situs internet “penuaan adalah proses yang dinamis
dan kompleks yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan
psikologis” (Ahmad Fauzi dkk, 2002).
Pengertian lain mengatakan “menua (aging) adalah proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita” (Constantinides, 1994). “Menua merupakan proses yang dapat dilihat
sebagai sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai
meninggal” (Ignativicus, Workman,
Mishler, 1999).
Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan
anatomik (dan fungsional) atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan
Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-intrroduksi “hukum 1%” yang
menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap tahunnya satu persen setelah
usia 30 tahun. ( Geriatrti, 2004)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut Stanley (2007), Hipertensi
merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Untuk itu hipertensi harus diwaspadai secara dini, agar tidak muncul
berbagai macam penyakit kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi
manusia itu sendiri.Semakin dini diketahui dan diatasi semakin rendah risiko
untuk terserang berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.
1.2.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan
yang terjadi pada dewasa lanjut, perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang
terjadi pada sistem persyarafan lansia dan juga dampaknya.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi
Penyusun
Meningkatkan
kemampuan dalam pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia.
1.3.2. Bagi
Pembaca
Diharapkan
dapat menjadi salah contoh pembuatan makalah pada mata ajar keperawatan
gerontik.
1.3.3. Bagi Prodi Keperawatan Tanjungpinang
Menjadi
bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan
Tanjungpinang tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Hipertensi.
BAB II
LAPORAN
PENDAHULUAN
HIPERTENSI
2.
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
2.
2. Klasifikasi
Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
1.
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Kalsifikasi
hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
1.
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2.
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
3.
2.
3. Etiologi
Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
1.
Elastisitas dinding aorta menurun
2.
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3.
Kemampuan jantung memompa darah menurun
4.
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6.
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
7.
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Faktor keturunan
2.
Ciri perseorangan
3.
Kebiasaan hidup
Penyebab
hipertensi sekunder adalah :
§ Ginjal
§ Glomerulonefritis
§ Pielonefritis
§ Nekrosis
tubular akut
§ Tumor
§ Vascular
§ Aterosklerosis
§ Hiperplasia
§ Trombosis
§ Aneurisma
§ Emboli
kolestrol
§ Vaskulitis
§ Kelainan
endokrin
§ DM
§ Hipertiroidisme
§ Hipotiroidisme
§ Saraf
§ Stroke
§ Ensepalitis
§ SGB
§ Obat
– obatan
§ Kontrasepsi
oral
§ Kortikosteroid
2.
4. PatofisiologI
Mekanisme
yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada
usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
2.
5. Tanda Dan Gejala
Tanda
dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1.
Tidak ada gejala
Tidak
ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
2.
Gejala yang lazim
Sering
dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut
Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu :
·
Mengeluh sakit kepala, pusing
·
Lemas, kelelahan
·
Sesak nafas
·
Gelisah
·
Mual
·
Muntah
·
Epistaksis
·
Kesadaran menurun
2.
6. Pemeriksaan Penunjang
·
Hemoglobin / hematokrit
Untuk
mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
·
BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
·
Glukosa
·
Kalsium serum
Peningkatan
kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
·
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan
kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
·
Pemeriksaan tiroid
·
Kadar aldosteron urin/serum
·
Urinalisa
Darah,
protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
·
Asam urat
Hiperurisemia
telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
·
Steroid urin
Kenaikan
dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
·
IVP
Dapat
mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
·
Foto dada
Menunjukkan
obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
·
CT scan
Untuk
mengkaji tumor serebral, ensefalopati
·
EKG
Dapat
menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
2.
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
a. Diet
b. Latihan
Fisik
c. Edukasi
Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi meliputi :
§ Tehnik
Biofeedback
§ Tehnik relaksasi
d
. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
2. Terapi
dengan Obat
Tujuan
pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
Pengobatannya
meliputi :
1. Step 1
Obat
pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2. Step
2
Alternatif
yang bisa diberikan :
§ Dosis
obat pertama dinaikkan
§ Diganti
jenis lain dari obat pilihan pertama
§ Ditambah
obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis,
Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3. Step
3 : Alternatif yang bisa ditempuh
§ Obat
ke-2 diganti
§ Ditambah
obat ke-3 jenis lain
4. Step
4 : Alternatif pemberian obatnya
· Ditambah
obat ke-3 dan ke-4
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.
1. Pengkajian
1.
Data Umum :
a) Kepala
keluarga
b) Komposisi
keluarga
c) Genogram
d) Tipe
keluarga
e) Suku
bangsa
f) Status
sosial-ekonomi
g) Aktivitas
rekreasi keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
A. Head to Toe
Kepala,
mata, telinga, hidung, mulut, leher, thorak, abdomen, genetalia, ekstremitas,
integumen, status neurologi.
B. Kebutuhan
Dasar Manusia
i. Nutrisi
ii. Eleminasi
iii. Tidur
dan istirahat
iv. Gerak
dan aktivitas
v. Rasa
aman dan nyaman
vi. Personal
hygiene
C. Data – Data yang Dapat
Ditemukan
1. Aktivitas
/ istirahat
v Gejala :
Ø Kelemahan
Ø Letih
Ø Napas pendek
Ø Gaya hidup monoton
v Tanda :
Ø Frekuensi jantung meningkat
Ø Perubahan irama jantung
Ø Takipnea
2. Sirkulasi
v
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
v
Tanda :
Ø Kenaikan TD
Ø Nadi : denyutan jelas
Ø Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Ø Bunyi jantung : murmur
Ø Distensi vena jugularis
3. Ekstermitas
Perubahan
warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat
4. Integritas
Ego
v
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan )
v
Tanda :
Ø Letupan
suasana hati
Ø Gelisah
Ø Penyempitan
kontinue perhatian
Ø Tangisan
yang meledak
Ø otot
muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Ø Peningkatan
pola bicara
5. Eliminasi
Gejala
: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
6. Makanan
/ Cairan
v
Gejala :
Ø Makanan
yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Ø Mual
Ø Muntah
Ø Riwayat
penggunaan diuretic
v
Tanda :
Ø BB
normal atau obesitas
Ø Edema
Ø Kongesti
vena
Ø Peningkatan
JVP
Ø Glikosuria
7. Neurosensori
v
Gejala :
Ø Keluhan
pusing / pening, sakit kepala
Ø Episode
kebas
Ø Kelemahan
pada satu sisi tubuh
Ø Gangguan
penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
v
Tanda :
Ø Perubahan
orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Ø Respon
motorik : penurunan kekuatan genggaman
Ø Perubahan
retinal optik
8. Nyeri/ketidaknyamanan
v Gejala :
Ø nyeri
hilang timbul pada tungkai
Ø sakit
kepala oksipital berat
Ø nyeri
abdomen
9. Pernapasan
v
Gejala :
Ø Dispnea
yang berkaitan dengan aktivitas
Ø Takipnea
Ø Ortopnea
Ø Dispnea
nocturnal proksimal
Ø Batuk
dengan atau tanpa sputum
Ø Riwayat
merokok
v
Tanda :
Ø Distress
respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Ø Bunyi
napas tambahan ( krekles, mengi )
Ø Sianosis
3.
2. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Keperawatan
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak
terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam.
Kriteria hasil :
Ø Berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan TD
Ø Mempertahankan
TD dalam rentang yang dapat diterima
Ø Memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
1) Pantau
TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2) Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3) Auskultasi
tonus jantung dan bunyi napas
4) Amati
warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5) Catat
edema umum
6) Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
7) Pertahankan
pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8) Bantu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9) Lakukan
tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat
tidur.
10) Anjurkan
tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11) Pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12) Berikan
pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13) Kolaborasi
untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan :
Nyeri
atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Pasien
mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Ø Pasien
tampak nyaman
Ø TTV
dalam batas normal
Intervensi :
1) Pertahankan
tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2) Minimalkan
gangguan lingkungan dan rangsangan
3) Bantu
pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4) Hindari
merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5) Beri
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan
imajinasi dan distraksi
6) Hilangkan
/ minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
7) Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium )
3.Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan :
Tidak
terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Pasien
mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing,
nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Ø Haluaran
urin 30 ml/ menit
Ø Tanda-tanda
vital stabil
Intervensi :
1) Pertahankan
tirah baring
2) Tinggikan
kepala tempat tidur
3) Kaji
tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia
4) Ambulasi
sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5) Amati
adanya hipotensi mendadak
6) Ukur
masukan dan pengeluaran
7) Pertahankan
cairan dan obat-obatan sesuai program
8) Pantau
elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
4. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan penurunan cardiac output
Tujuan :
Tidak
terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam
Kriteria hasil :
Ø Meningkatkan
energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Ø Menunjukkan
penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
1) Berikan
dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
2) Instruksikan
pasien tentang penghematan energi
3) Kaji
respon pasien terhadap aktifitas
4) Monitor
adanya diaforesis, pusing
5) Observasi
TTV tiap 4 jam
6) Berikan
jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang
tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
BAB
IV
LAPORAN
KASUS PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
A. Pengkajian
1.
Identitas Klien
Nama
: Ny. A
Umur
: 78 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: Tidak Sekolah
Suku : Bugis
Status
Perkawinan : Kawin
Tanggal
Masuk Panti : 28 Maret 2008
Tanggal
Pengkajian : 19 April 2012
Alamat : Kawal
2.
Status Kesehatan Saat
Ini
Klien
mengatakan kepala terasa sakit ( pusing ), skala nyeri 5, badan terasa lemah,
mata trasa seperti berkunang – kunang, tidak enak badan, terkadang nafas terasa
sesak.
3.
Riwayat Kesehatan
Dahulu
Klien
sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit karena menderita penyakit hipertensi,
asma dan gastritis.
4.
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Klien
mengaku bahwa suami klien telah meninggal karena menderita
5.
Tinjauan Sistem
a.
Keadaan Umum
Tingkat
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda
– tanda Vital
Tekanan
Darah : 160 / 100 mmHg
Denyut
Nadi : 82 x / i
b.
Sistem Integumen
Kulit
keriput, turgor kulit jelek, tidak ada oedem, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan.
c.
Sistem Hemopoetik
d.
Kepala
Rambut
keriting, panjang, ubanan, tidak ada ketombe, kepala tidak ada benjolan, tidak
ada lesi, tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan.
e.
Mata
Mata
simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, mata simetris, tidak
ada nyeri tekan
f.
Telinga
Telinga
simetris, tidak ada serumen, lubang ada, tidak ada lesi, telnga tidak ada nyeri
tekan.
g.
Mulut Tenggorokan
Mulut
simetris, bibir lengkap, palatum ada, ada sariawan, tidak ada kesulitan
menelan.
h.
Leher
Leher
simetris, ada reflek menelan, tidak ada pembesaran vena juguralis, tidak ada
nyeri tekan.
i.
Sistem Pernafasan
Dada
simetris, pernafasan vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, RR= 18
x/i
j.
Sistem Kardiovaskular
Dada
simetris, terdapat ictus cordis di ICS 5, tidak ada BJ 3, HR = 80x/i, BJ1 = BJ
2, tidak ada pembesaran jantung
k.
Sistem Gastrointestinal
Abdomen
simetris, bunyi perkusi dullness, bising usus normal = 8x/i, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi
l.
Sistem Muskuloskeletal
Tidak
ada oedem, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
6.
Pengkajian Psikososial
dan Spiritual
6.1
Psikososial
Klien
mampu bergaul dengan lingkungan sekitarnya, klien tidak menarik diri
6.2
Identifikasi masalah Emosional
Klien
mengaku kadang – kadang tidur tidak nyenyak, tdur sering pernah erasa gelisah,
terkadang klien pernah menangis sendiri. Klien juga mengaku dalam waktu kurang
dari 3 bulan juga menderita suatu penyakit yaitu hipertensi, gastritis dan
asthma.
6.3
Spiritual
Klien
mengaku bahwa klien sholat 5 waktu, klien dapat mengerjakan sholat, klien hanya
hafal beberapa surat pendek, klien juga mengaku tidak pandai mengaji.
7.
Pengkajian Fungsional Klien
7.1
KATZ Indeks
Klien
mampu makan, kontinensia ( BAK, BAB ), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi secara mandiri tanpa bantuan.
7.2
Modifikasi dari bartel Indeks
Klien
mampu makan, minum, berpindah dari kursi, personal toilet, keluar masuk toilet,
mandi, jalan dipermukaan datar, mengenakan pakaian, kontrol bowel dan blader
olahraga dan memanfaatkan waktu rekreasi secara mandiri.
8.
Pengkajian status Mental Gerontik
8.1.
identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Mental Questioner ( SPSMQ )
Klien
mengaku tidak mampu mengingat tanggal, hari, umur, tanggal lahir, nama presiden
sekarang dan sebelumnya dan melakukan pengurangan 3 dari 10.
Klien
hanya mampu mengingat nama tempat tinggal, alamat rumah, dan nama ibunya
8.2.
identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini
Mental Status Exam )
Klien
tidak mampu menyebutkan tahun, musim, tanggal, hari dan bulan dengan benar.
Klien hanya mampu menyebutkan negara, provinsi, kota, PSTW wisma dan nama 3
obyek yang ditunjuk.
Lien
tidak mampu untuk mengurangi pengurangan 3 dari 100, tetpai klien mampu
mengingat nama obyek dan mengulangi bahasa di contohkan.
8.3.
Pengkajian Keseimbangan untuk klien lansia (TINNETI, ME, DAN GINTER, SF, 1998)
Klien
mampu bangun dan duduk kekursi, menutup mata, memutar leher, menggapai sesuatu dan
membungkuk tanpa bantuan.
ANALISA
DATA
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
2.
|
DS
:
Klien
mengatakan badan lemah, tidak enak badan mata berkunang – kunang, terkadang
nafas terasa sesak
DO
:
Klien
tampak lemah,
TD
: 160 / 100 mm Hg; HR : 80 x / i
T
: 36, 2 ̊C
DS
:
Klien
mengatakan Kepala terasa pusing, mata terasa berkunang – kunang, kepala
terasa seperti di timpa benda keras
DO
:
Klien
tampak lemah, skala nyeri 5
|
Vasokontriksi
Peningkatyan
tekanan vaskular serebral
|
Resiko
penurunan curah jantung
Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri
|
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
No
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
|
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan
manset dan tehnik yang tepat
2. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
3. Pertahankan pembatasan aktivitas
seperti istirahat ditempat tidur/kursi
4. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
5. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
6. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
7. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
8. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium
sesuai indikasi
9. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
|
S
= klien mengatakan badan sudah enakan, sudah tidak terasa lemah
O
= klien tidak tampak lemah, TD : 140 / 90 mmHg, HR : 80x/i
Thy
: - Captopril 3 x 1
- Furosemid
1 x 1
A
: tidak tetjadi penurunan curah jantung
P
: - Pantau TD
- Berikan lingkungan yang tenang, nyaman
- Pertahankan
pembatasan aktivitas
- Lakukan
tindakan yang nyaman
- Anjurkantehnik
relaksasi
- Kolaborasi
untuk pemberian obat – obatan.
|
2.
|
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang
tenang, sedikit penerangan
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4. Beri tindakan nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
|
S
= klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, mata sudah tidak berkunang –
kunang
O
= Klien tampak sehat, skala Nyeri 3
A
= Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Teratasi
P
= - pertahankan tirah baring
- Minimalkan
gangguan lingkungan dan rangsangan
- Bantu
pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
- Beri
tindakan nonfarmakologi untuk mengurangi sakit
|
ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN NY. A
DENGAN
HIPERTENSI DI RUMAH BAHAGIA BINTAN
KECAMATAN
GUNUNG KIJANG
KABUPATEN
BINTAN
DI
SUSUN OLEH :
ADI WINATA
AMELIA ROSYANA
AZURA
CITRA MAYA SARI
DELIMA SILALAHI
ILHAM SUJANDI
NINDIO RIZKA SEPTIAN
SRI DIANA
SRI RAFIDAH
SURATMI
ZULAIKA AYU NINGTYAS
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGPINANG
JURUSAN
KEPERAWATAN
2012
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
2.1
Pengertian
2.2
Klasifikasi
2.3
Etiologi
2.4
Patofisiologi
2.5
Tanda dan Gejala
2.6
Pemeriksaan Penunjang
2.7
Penatalaksanaan
BAB III PROSES KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
3.2
Diagnosa Keperawatan
BAB IV LAPORAN KASUS
4.1 Pengkajian
4.2 Analisa Data
4.3 Rencana Kegiatan
4.4 Implementasi Keperawatan