1. Amelia
Rosyana
2. Arman
Sulaiman
3. Azzura
4. Bambang
Hermanto
5. Citra
Maya Sari
6. Dwi
Febriyanti Putri
7. Diyah
Riawati
8. Elvia
Asnidar
9. Fantio
Ferdianto
10. Marlina
11.
Marissa Indriyanti
12.
Neni
13.
Nurmala
14.
Olga Idka Andestia
15.
Rina Maryati
16. Wendy Mulyani
17. Wulan Oktovira
18.
Zulpizal
POLTEKKES
KEMENKES RIAU
PRODI
KEPERAWATAN
TANJUNGPINANG
T.A
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum ,wr,wb
Puji
syukur saya ucapkan kehadirat allah S.W.T yang mana beliau telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami
sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “ FRAKTUR ”
Dan
kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan makalah ini,
mudah –mudahan bermanfaat bagi kita semua dan kami mengakui masih banyak kekurangan
pengatahuan dan keterbatasaan waktu serta penulisan kepada semua pihak mohan
memakluminya .
Kelompok I
( )
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang...............................................................
1.2
Tujuan...........................................................................
BAB II :PEMBAHASAN............................................................
BAB III : PENUTUP....................................................................
4.1
Kesimpulan………………………………………………..
4.2
Saran……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.LATARBELAKANG
Fraktur
adalah terputusnya atau hilangnya struktur tulang “ Ephiphyseal plate“
cartilago (tulang rawan )
Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang (Engram, Barbara. 1998)
Fraktur Adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, Arief. 2000)
Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang (Engram, Barbara. 1998)
Fraktur Adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, Arief. 2000)
B.TUJUAN
1.Untuk menambah
wawasan & pembelajaran mahasiswa tentang FRAKTUR
2.Untuk mengetahui
penyebab dan tinjauan teoritis yang lainnya tentang Fraktur
3. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan Fraktur
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya atau hilangnya struktur tulang “
Ephiphyseal plate“ cartilago (tulang rawan )
Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang (Engram, Barbara. 1998)
Fraktur Adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, Arief. 2000)
Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang (Engram, Barbara. 1998)
Fraktur Adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, Arief. 2000)
B.ETIOLOGI
1.Kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh
2.Olahraga
3.Exercise yang kuat
4.Malnutrisi
5.Osteoporosis
6.Neoplasma
C. JENIS
Terdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi berdasarkan:
Terdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi berdasarkan:
o
Lokasi
Fraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
Fraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
o
Luas
Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak.
Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak.
o
Konfigurasi
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif.
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif.
o
Hubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced).
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced).
o
Hubungan antara fraktur dengan
jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).
o
Komplikasi
Fraktur dapat terjadi dengan disertai komplikasi, seperti gangguan saraf, otot, sendi, dll atau tanpa komplikasi
Fraktur dapat terjadi dengan disertai komplikasi, seperti gangguan saraf, otot, sendi, dll atau tanpa komplikasi
Retak
Spiral Kominutif Transversal Displaced
C.PATOFISIOLOGI
D.MANIFESTASI KLINIS
Tanda – tanda tidak pasti
a.Rasa nyeri dan tegang, nyeri hebat bila dibuat gerak
b.Hilangnya fungsi akibat nyeri atau tak mampu melakukan gerakan
c.Defrmitas karena pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen berubah
Tanda – tanda pasti
a.Gerakan abnormalitas (False movement)
b.Krepitasi (Gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang patah
c.Deformitas akibat fraktur (umumnya deformitas berupa rotasi, angulasi dan pemendekan)
a.Rasa nyeri dan tegang, nyeri hebat bila dibuat gerak
b.Hilangnya fungsi akibat nyeri atau tak mampu melakukan gerakan
c.Defrmitas karena pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen berubah
Tanda – tanda pasti
a.Gerakan abnormalitas (False movement)
b.Krepitasi (Gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang patah
c.Deformitas akibat fraktur (umumnya deformitas berupa rotasi, angulasi dan pemendekan)
E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
F.PENATALAKSANAAN MEDIS
1.Pertolongan darurat
Pemasangan bidai atau splint, tujuan :
a.mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan
b.mengurangi rasa nyeri
c.menekan kemungkinan terjadi emboli lemak dan shock
d.memudahkan transport dan mengambil foto
Pemasangan bidai atau splint, tujuan :
a.mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan
b.mengurangi rasa nyeri
c.menekan kemungkinan terjadi emboli lemak dan shock
d.memudahkan transport dan mengambil foto
2.Pengobatan definitive
a.Reposisi secara tertutup
Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi Traksi dengan melakukan tarikan pada ektremitas bagian distal
Penatalaksanaan :
Penderita
tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90O,
sedang kedua tungakai bawah menggantung di tepi meja. Tungkasi bawah yang patah
ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips
melingkar. Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu :
a.Cara long leg plaster :
Immobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedangan posisi lutut dalam fleksi 20o.
b.Cara sarmiento :
Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai dia atas sendi talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada pernukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara sarmiento : kaki diinjakkan lebih cepat.
Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi angilasi, perpendekan lebih dari 2 cm tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang. Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi.
a.Cara long leg plaster :
Immobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedangan posisi lutut dalam fleksi 20o.
b.Cara sarmiento :
Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai dia atas sendi talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada pernukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara sarmiento : kaki diinjakkan lebih cepat.
Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi angilasi, perpendekan lebih dari 2 cm tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang. Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi.
b.Reposisi secara terbuka
Melakukan reposisi dengan jalan operasi, kemudian melakukan immobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna berupa plat , pen atau kawat.
Melakukan reposisi dengan jalan operasi, kemudian melakukan immobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna berupa plat , pen atau kawat.
Penatalaksanaan
:
a.Cara
Treuta :
Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS, calcaneus dan tendo Achilles.
Gips dibuka setelah berbau dan basah]
Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.
b. Cara long leg plaster :
Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai sembuh.
c.Cara dengan memekai pen di luar tulang
Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka cruris grade III. Dengan cara ini perawtan luka yang luas di cruris sangat mudah.
Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS, calcaneus dan tendo Achilles.
Gips dibuka setelah berbau dan basah]
Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.
b. Cara long leg plaster :
Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai sembuh.
c.Cara dengan memekai pen di luar tulang
Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka cruris grade III. Dengan cara ini perawtan luka yang luas di cruris sangat mudah.
G.KOMPLIKASI
Ø Dini
a.Compartment syndrome.
b.Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksimal tibia tertutup
c.Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering terjadi yaitu anterior compartment syndrome.
d.Mekasnisme : dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra – compartment, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi, menyebabkan aliran balik balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema. Dengan adanya oedema tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat arteri di intrakompartemen.
e.Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.
f.Tekanan intrakompatemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.
g.Penanganan : dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomi
a.Compartment syndrome.
b.Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksimal tibia tertutup
c.Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering terjadi yaitu anterior compartment syndrome.
d.Mekasnisme : dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra – compartment, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi, menyebabkan aliran balik balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema. Dengan adanya oedema tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat arteri di intrakompartemen.
e.Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.
f.Tekanan intrakompatemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.
g.Penanganan : dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomi
Ø Lanjut
a.Malunion : biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.
b.Delayed union : terutama terjadi pada frakur terbuka yanbg diikuti dengan infeksi atau pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang spongiosa.
c.Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukaan bone grafting menurut cara papineau.
d.Kekakuan sendi ; hal ini disebabkan karena pamakaian gips yang terlalu lama. Pada persendian kaki dan jari – jari biasanya terjadi hambatan gerak, hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.
a.Malunion : biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.
b.Delayed union : terutama terjadi pada frakur terbuka yanbg diikuti dengan infeksi atau pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang spongiosa.
c.Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukaan bone grafting menurut cara papineau.
d.Kekakuan sendi ; hal ini disebabkan karena pamakaian gips yang terlalu lama. Pada persendian kaki dan jari – jari biasanya terjadi hambatan gerak, hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraktur bukan hanya di sebabkan kecelakan bermotor saja tetepi juga dapat di sebabkan oleh penyebab yang lain seperti olahraga , malnutrisi , neoplasma .Dalam menangani fraktur banyak pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan seperti:
Fraktur bukan hanya di sebabkan kecelakan bermotor saja tetepi juga dapat di sebabkan oleh penyebab yang lain seperti olahraga , malnutrisi , neoplasma .Dalam menangani fraktur banyak pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan seperti:
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi,
luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
B.SARAN
Kami berharap makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah wawasan bagi mahasiswa dan mahasiswi keperawatan ,dan apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini kami tim penulis mohon maaf , karena masih dalam proses pembelajaran .
Kami berharap makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah wawasan bagi mahasiswa dan mahasiswi keperawatan ,dan apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini kami tim penulis mohon maaf , karena masih dalam proses pembelajaran .
DAFTAR
PUSTAKA
2.
Smeltzer
suszanne, C. (1997). Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC.
3.
Price
Sylvia, A. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis – Proses Penyakit.Jilid 2 Edisi
4. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar